Kamis, 23 Juli 2009

menemukan keluarga baru

April 29, saya harus berangkat ke kota itu.sendiri saja, sudah besar kok..he3. Memang bapak dan ibu tidak saya perkenankan untuk mengantar, karena malah nanti akan lebih merepotkan sang tuan rumah, terutama dalam hal menjemput kami seturun dari bis. Ditemani seseorang melalui ponsel,aku rasa perjalanan ini akan baik-baik saja.hmm...=)

Untungnya saya telah terbiasa dengan perjalanan jauh, dan menikmatinya. Harus melalui 7 kabupaten dan 1 kota di propinsi kami, selama 7-8 jam perjalanan. Hmm..who wanna try? Sampai di tempat tujuan sudah malam,sekitar jam 9,dan teman saya Aci, sudah menunggu harap-harap cemas di tempat pemberhentian terakhir bis dari kota saya. Senangnya....dan kami langsung meluncur menuju rumah Aci. Setelah dibekukan di dalam bis selama berjam-jam, sedikit demi sedikit badan saya terasa hangat justru karena terkena terpaan angin malam itu.

Selama satu minggu, saya tinggal di tempat Aci, untuk kemudian berpindah menuju tempat tinggal yang baru. Atas saran adik kelas saya, Erma, akhirnya saya menemukan sebuah rumah kos yang menyenangkan untuk ditinggali. Letaknya di sebelah barat kota. Agak jauh memang dari tempat saya bekerja, tetapi saya merasa nyaman tinggal di rumah kos itu. Pemiliknya adalah keluarga Sutrisno, mereka mempunyai dua orang putri, si sulung Nia dan si bungsu Nita. Saya memang sengaja mencari rumah kos yang juga ditinggali oleh sang pemilik rumah, tidak hanya untuk mengontrol saya, namun juga untuk membuat tenang ibu saya di rumah, meyakinkan bahwa anaknya dijaga oleh orang-orang yang tepat.


Awalnya canggung juga si tinggal di tempat yang baru itu. Nilai lebihnya adalah bahwa hanya ada dua kamar saja yang dikoskan, dan itu pun letaknya di lantai dua rumah Sutrisno. Jadi, memang tidak terlalu ramai untuk ditinggali, sehingga penghuni kos bisa beristirahat dengan nyaman. Viewnya bisa membuat penghuni kamar tersenyum jika melihat keluar jendela. Jika melihat ke bawah, ada susunan tanaman-tanaman cantik di halaman depan rumah. Jika melihat lurus ke depan, tampak siluet gunung yang menjadi batas utara kota yang saya tinggali. Balkon yang cukup lebar juga menjadi tempat favorit menatap benda-benda langit yang kerlap-kerlip saat malam hari kita bosan berada di dalam ruang.

Ibu Tris baik sekali ternyata. Jauh dari kesan galak. Beliau penyayang keluarga, pun kepada anak-anak kosnya. Kecintaannya terhadap tanamanlah yang menjadikan rumahnya berhias banyak tanaman cantik dan rindang. Di taman depan dan belakang rumah, semua masih terurus. Besar kecil, hijau maupun berwarna-warni. Selain itu, beliau juga suka masak. Hmmm..saya selalu dapat bagian menikmati masakan enaknya =) Kedua putrinya, Nia dan Nita, pun sama baiknya dengan saya. Yang besar akan segera menyelesaikan studinya di akademi kebidanan, dan si kecil baru saja memasuki dunia baru putih abu-abu di salah satu sekolah negeri di kota ini. Kami akrab, saya lebih dekat dengan si sulung, karena mungkin faktor usia kami yang tidak terlalu jauh. Kemana-mana aku selalu diantar Dik Nia. Sepertinya dia belum tega membiarkanku pergi-pergi sendiri, hi3..Terimakasih terdalam untuk setiap hal yang diperbuatnya pada saya, walau itu mungkin jarang terucap lewat kata-kata, seperti saudara saja layaknya...Kalau Pak Tris, saya malah belum pernah bertemu dengan beliau. Dari cerita ibu kos dan anak-anaknya, sepertinya beliau ayah kebanggan keluarga. Beliau bekerja di luar kota, tapi saya yakin keluarganya disini selalu memendam rindu untuk beliau dengan kebanggaan sebagai istri dan anak-anaknya tercinta.

Dan saya pun belum berniat berpindah rumah kos ke lokasi yang dekat dengan tempat saya bekerja. Mungkin dalam waktu lama. Seakan menemukan keluarga baru saya di sini. Tidak disangka sama sekali saya akan semudah ini menemukan mereka. Mungkin hadiah juga dari sang Maha Kuasa untuk saya.
Sehari-hari kami seperti keluarga sendiri. Tentu dengan norma kesopanan yang saya usahakan selalu terjaga. Kebiasaan saya yang tidur cepat sehabis Isya' juga sudah dipahami mereka, sehingga jika sampai larut saya masih berada di ruang bawah, pasti selalu diingatkan. Mereka pun baik terhadap teman-teman saya yang datang ke kos. Dan bahkan kemarin, ketika saya harus berangkat pagi-pagi sekali ke tempat kerja, teman kantor saya sempat speechless ketika saya katakan saya dibawakan bekal sarapan pagi oleh ibu kos saya dan mengeluarkan kotak bekal itu di depannya...Ah, dia sempat sampai tak bisa berkata apa-apa dalam beberapa detik..
Thanks God, i found my new family

Sabtu, 11 Juli 2009

hari ini (benar-benar) libur

....senangnya....


It's sunday! pagi-pagi sudah menghirup oksigen yang masih terasa dingin di rongga nafas. Masih berteman taburan gemintang dan bulan di langit taman belakang, memulai hari dengan rencana yang tersusun di otak secara fleksibel. Ada beberapa kemungkinan perubahan yang bisa terjadi secara mendadak, dan sudah saya antisipasi dari semalam.


Minggu yang menyenangkan. Meskipun beberapa malam niatan untuk menghabiskan halaman-halaman di buku "aneh" yang harus saya pelajari belum kesampaian, tetapi paling tidak telah mampu sedikit mengisi rongga kepala yang (hmmm....) kapasitasnya mungkin perlu ditambah lagi. hehehe...


Banyak sekali peristiwa minggu ini. Seorang teman baik, masuk ruang perawatan gara-gara asam uratnya rewel lagi. Teman, kami kehilangan suaramu, ketika ngobrol maupun tertawa. Semoga lekas sembuh ya.


Lalu, akhirnya keluargaku mengirimiku hadiah yang mereka tahan-tahan selama ini. Thank's Mom and Dad, i love you so! dan aku memulainya dengan Dik Nia =)


Di kantor, minggu ini pulang cepat terus..horeee. Sebenarnya pertimbangan kalian tentang gender itu nggak profesional banget si untuk diterapkan pada waktu-waktu sekarang ini. Justru pertimbangan itulah yang seharusnya membuat saya tersinggung, karena bukankah itu berarti sama dengan berpikir negatif tentang saya? Padahal sebaliknya, saya telah mempercayai kalian seperti orang-orang yang telah saya percayai. Dan saya telah berpikir positif tentang kalian semua, bro! Ahh..kalau bisa tidur, ngapain harus lembur? hehehe...jadi teringat teman-teman studio kala itu.


Tetapi, jadwal ke masjid agung tertunda lagi. Semoga tidak untuk lain waktu...saya pun sepertinya harus menggantinya dengan media yang lain untuk itu. Tetapi belum nemu...


Apalagi ya? Oia, saudara sepupu tersayang satu-satunya dari pihak bapak, akhirnya ikut merantau juga. Orang ini telah membuat saya menangis kala sholat Tarawih, Ramadhan beberapa tahun yang lalu. Mungkin perubahannya kala itu telah membuat eyang kami lebih bangga di alam sana. Kami beda usia hanya satu tahun, dia lebih muda dari saya. Dan keputusannya semalam, juga telah membuat saya bangga akan persaudaraan kami (tapi kali ini tak tertumpahkan lewat air mata). Biarlah orang tua kami memendam rindu untuk kami di rumah dengan senyum, dan doa-doa mereka semoga senantiasa menguatkan langkah kami ini.


Dan tadi pagi, aku bertemu kembali dengan "Mr. Tony Kukoc", yang telah lamaaaaa tak terdeteksi keberadaannya olehku di kolong bumi..........................................................................

serangan fajar

...lebih tepatnya dimulai malam hari sebenarnya, tapi berlanjut hingga fajar, dan akhirnya ketika peak hour, time to gone work! Tragis sebenarnya..hari itu saya harus seharian di kantor hingga maghrib, tidak ada air mata, tapi lemes banget rasanya.




Roman muka yang tak secerah warna baju oranye yang saya pakai hari itu, tertangkap oleh pandangan Pak Toto, waktu itu masih menjadi manajer operasional di kantor saya, dan langsung ngajak ngobrol yang temanya seakan terbaca oleh beliau di jendela mata saya..oh my God! kok orang ini tau aja ya, atau mungkin hanya kebetulan saja beliau bergurau seperti itu...




Kala itu saya tidak membuka ponsel hingga waktunya sholat dhuhur. Buanyak banget teman-teman yang nelpon maupun berkirim pesan.Tidak bisa berkata-kata pada awalnya, hanya beristighfar berkali-kali di dalam hati..Waktu dan kejadian, beberapa jam kala itu sepertinya berjalan sangat cepat, sekaligus..seperti roller coaster. Untung saja seat belt-nya terkunci dengan baik. Saya waktu itu masih diam, tidak banyak berkata-kata. Hingga akhirnya menjelang sore, Pak Agung dan Pak Indri membelikanku SKH ternama andalan Jawa Tengah edisi hari itu untuk mencarikan dan membacakan nama saya di dalamnya. Wajah dan muka saya mulai hangat dan memerah, didekap pertama kali oleh Astrid dan Mbak Eni kala itu. Mereka, teman-teman kerja saya tidak ikut merasakan rasa lain di sisi jantung ini, detaknya berbeda, bukan hanya detak senang saja, ada detak yang lain sebenarnya. Tetapi sepertinya iramanya sama, kencang dan merefleksikan senyum.




Saya pun harus menyusun skenario untuk merantau lagi, menuju kota yang gaungnya sudah saya dengar di hati saya ketika KKN kala itu, Februari - Maret 2004




Terima kasih Tuhan, hari itu aku bisa menutup hari dengan senyum juga akhirnya. Badan yang telah menghangat, dan kaki yang telah tegap berjalan...saya ingin segera pulang, dan mendekap ibu di rumah.








...tidak ada yang istimewa, kecuali...


...kecuali mensyukuri hari, kemarin,sekarang,esok...kan?

Menjadi diri saya sekarang, tak lepas dari apa yang telah saya, mereka, dan dia lakukan kepada saya. Menginduk kepada kata-kata trilogi : past - present - future itulah sekarang saya berdiri. Seperti kupu-kupu mungkin, kebetulan saya juga mengagumi binatang cantik ini, dia adalah produk mencengangkan dari proses yang (mungkin) tidak semua orang bersabar berjalan sejajar dengan waktunya.
Pun tidak menyesali yang terjadi kemarin, mungkin juga sesuatu yang terkadang berat dilakukan. Mengevaluasi, saya cenderung tidak senang kata ini, karena konotasinya saya pikir hanya bertujuan untuk mencari-cari bentuk kesalahan pada diri. Hmm...lebih menyenangkan mendengar kata meng-audit kayaknya,hehehe..
Banyak kejadian yang telah mengantar saya pada titik ini. Termasuk menulis seperti ini. Saya pikir, saya harus punya media untuk berkata-kata, karena - meminjam istilah seseorang yang pernah saya dengar - memang diam itu emas, tapi terkadang berucap adalah tindakan briliant! - and everybody seems to get the lattest one, right?